Iman yang dikatakan di sana telah menghantar orang pada persaudaraan dalam Allah dan menghantar masuk ke dalam sebuah komunitas yang disebut Gereja.
Iman dimulai dengan Baptis yang seremoninya bersifat Trinitarian. Kita semua dibaptis ‘dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus’.
Realita iman di atas adalah pengakuan iman akan Bapa, Putra dan Roh
Kudus, sebagai satu Allah yang adalah cinta. Tiga Pribadi ini adalah ‘satu Allah’, bukan ‘tiga Allah’. Dengan menekankan ‘tiga tetapi satu’, maka iman dan persaudaraan serta bela rasa bisa mulai digali dan kemudian bisa dipahami.
Tiga Pribadi dalam Tri Tunggal Mahakudus itu memiliki peranan yang berbeda.
Bapa yang hidup dalam keabadian mengutus Sang Putra untuk menyelamatkan dunia; Yesus Kristus lewat misteri kematian dan kebangkitan menebus dosa manusia dan menyelamatkan dunia; Roh Kudus membimbing
dan merawat Gereja dalam mengarungi zaman, sementara kita yang adalah Gereja menanti-nantikan kembalinya kemuliaan Tuhan.
Paus lebih lanjut menantang – di tengah masyarakat dan dunia yang ditandai dengan krisis iman – kita bisa menemukan kembali perjalanan iman secara baru di zaman ini. Iman yang dimaksud adalah perjumpaan dengan Kristus yang memancarkan terang yang lebih gemerlap. Nah, apa makna tantangan
dan inspirasi itu semua untuk Indonesia hari ini?
Tritunggal Mahakudus yang menandai Sakramen Baptis dan terus diulang dalam komitmen iman sehari-hari mengajarkan satu hal yang sangat penting untuk kita. Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga Pribadi yang berbeda, sekaligus memerankan peranan yang berbeda dalam proyek keselamatan.
Meski demikian, mereka bekerjasama dengan baik, membangun komunitas
persaudaraan, dan menjadi satu.
Lebih konkret namun tetap simbolis, Tiga Pribadi ini memberikan pelajaran
teologis kepada kita sebagai berikut. Semua umat manusia, terlepas dari agama dan latar belakang iman kepercayaannya sedang berziarah pada Allah Bapa yang satu. Dengan demikian, umat manusia adalah satu dan sama. Tetapi, umat Katolik-Kristen sekaligus unik dan khas, karena kita percaya pada Yesus Kristus yang menjadi penyelamat kita. Dalam peziarahan menuju Allah yang sama itu, umat manusia dibimbing dan dipersatukan oleh Roh Kudus yang masih terus bekerja.
Setiap kali kita berkata ‘semakin beriman, semakin bersaudara, semakin berbelarasa’, kita menimba inspirasi pada Trinitas. Dalam Tiga Pribadi kita disatukan, tanpa harus diseragamkan; dalam Tiga Pribadi kita menemukan cinta dalam perbedaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar