Selamat Natal !
Meriahnya perayaan Natal baru saja
berlalu, masih terbayang gemerlap pohon Natal, sinterklas yang
membagi-bagikan hadiah serta lagu Malam Kudus yang dinyanyikan
dengan penuh khidmat. Aku sangat menikmati setiap perayaan Natal.
Sukacita dan damai Natal sungguh menyentuh kalbuku. Aku tahu Alkitab
memang tidak pernah mencatat soal perayaan Natal bahkan kelahiran
KRISTUS, Sang Bayi Natal ada dalam suasana sangat sederhana serta jauh
dari gemerlap perayaan. Aku tahu perayaan Natal adalah tradisi gereja
untuk mengingat pentingnya kelahiran KRISTUS, Sang Juruselamat, oleh
karena itu Natal sungguh berharga dan bermakna bagiku.
Apakah Anda tahu sejarah tradisi
perayaan Natal dan berbagai tradisi lain yang ada di sekitarnya? Mari
kita memperbincangkannya. Ambil dan Bacalah!
Natal biasa dirayakan pada tanggal 25 Desember. Dalam bahasa Inggris, Natal disebut dengan Christmas berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos).
Tanya: Mengapa Natal dirayakan tgl 25 Desember? Benarkah YESUS lahir pada tgl 25 Desember?
Jawab:
Alkitab tidak pernah mencatat hari dan tanggal kelahiran YESUS. Bahkan
tidak ada sumber-sumber tulisan dalam sejarah gereja yang bisa
memastikan tanggal kelahiran YESUS. Yang disaksikan oleh Alkitab kepada
kita hanyalah berita kelahiran YESUS. Lukas 28 mencatat bahwa pada
malam kelahiran YESUS , para gembala tinggal di padang menjaga kawanan
ternak mereka pada waktu malam. Hal ini memberikan petunjuk bahwa
kelahiran YESUS bukan terjadi pada bulan Desember yang adalah musim
dingin di Israel. Seorang ahli yang bernama Klemens dari Alexandria membuat perhitungan bahwa YESUS dilahirkan pada tanggal 25 Pachon, yaitu tanggal 20 Mei. Benarkah perhitungan ini? Ini pun bukan kepastian.
Tanya: Mengapa Alkitab dan sejarah gereja tidak mencatat tanggal kelahiran YESUS?
Jawab: Pada
jaman itu, orang Kristen tidak biasa merayakan ulang tahun sebab
perayaan ulang tahun adalah kebiasaan orang-orang kafir. Satau-satunya
ulang tahun yang dicatat dalam Perjanjian Baru adalah ulang tahun
Herodes Antipas ( Matius 14:6). Gereja perdana tidak merayakan kelahiran
YESUS namun kebangkitan-Nya.
Tanya: Jadi, sejak kapan gereja merayakan kelahiran YESUS?
Jawab: Orang
Kristen di Mesir mulai merayakan Natal sekitar abad ke-3. Mereka
merayakan hari kelahiran YESUS pada tanggal 6 Januari, bertepatan dengan
suatu hari raya umum. Gereja di Roma mulai merayakan Natal pada akhir
abad keempat. Mereka memilih tanggal 25 Desember. Penetapan tanggal ini
dilakukan oleh kaisar Kristen pertama Romawi, Konstantin I. Tanggal 25
Desember dipilih sebagai Natal karena bertepatan dengan kelahiran Dewa
Matahari (Natalis Solis Invicti atau Sol Invictus atau Saturnalia) yang disembah oleh bangsa Romawi. Perayaan Saturnalia
sendiri dilakukan oleh orang Romawi kuno untuk memohon agar Matahari
kembali kepada terangnya yang hangat (Posisi bumi pada bulan Desember
menjauh dari matahari, seolah-olah mataharilah yang menjauh dari bumi).
Jadi tanggal ini dipilih untuk memberi isi baru kepada perayaan
menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi bagian utara.
Tidak lama kemudian kebiasaan merayakan Natal pada tanggal 25 Desember diambil alih oleh gereja-gereja di berbagai tempat.
Tanya: Mengapa gereja mengadopsi tradisi/budaya perayaan orang kafir menjadi perayaan Kristiani?
Jawab: Ini
merupakan upaya mengekspresikan iman melaui kontekstualiasi tradisi dan
budaya. Dengan kata lain kita mengambil tradisi dan budaya sebagai wadah
untuk mengekpresikan iman. Yang penting bukan wadahnya tapi isinya.
Dengan isi dan makna yang baru, orang diarahkan untuk memfokuskan
perhatian pada pentingnya kelahiran dan kehadiran KRISTUS, Sang Surya
Kebenaran., bukan lagi pada dewa Matahari. Tidak bisa kita pungkiri
seringkali kita mengadopsi budaya yang sudah ada sebagai wadah untuk
mengekspresikan iman.
Tanya: Apakah pentingnya merayakan NATAL jikalau ternyata tidak ada cacatan tanggal kelahiran KRISTUS?
Jawab: Jangan
pahami Natal sebatas kelahiran bayi KRISTUS atau sebatas ulang tahun
YESUS. Natal adalah perayaan dan peringatan solidaritas ALLAH pada
penderitaan manusia . Perayaan ini penting agar iman kita akan kehadiran
TUHAN yang menyelamatkan terus disegarkan. Dengan merayakan Natal
kita terus diingatkan tentang kasih ALLAH yang telah dinyatakan melalui
kehadiran YESUS KRISTUS, Sang Juruselamat.
Tanya: Natal
telah menjadi tradisi Kristiani yang bukan hanya dirayakan dalam satu
hari tapi dalam masa perayaan keagamaan. Bagaimanakah pada umumnya
orang Kristen merayakan masa Natal?
Jawab: Bagi
kebanyakan orang Kristen, masa Natal dipersiapkan melalui masa Adven
yang dimulai pada hari Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30
November. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu
masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata
adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal
dan lebih jauh juga dihayati sebagai peringatan untuk mempersiapkan diri
menyambut kedatangan KRISTUS yang keduakalinya. Dalam tradisi
kristiani, masa adven ditandai dengan empat buah lilin, masing-masing
melambangkan hari Minggu dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu
lingkaran daun-daunan. Pada hari Minggu pertama, keluarga menyalakan
satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap
hari Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap
kalinya. Sebuah lilin merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan
pada lingkaran daun-daunan itu pada Hari Natal.
Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa
Adven memuncak pada Kebaktian tengah malam atau kebaktian lain pada
malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja
dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia.
Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja
Kristen Barat, Epifani adalah datangnya para majus di hadirat bayi
Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan
pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal.
Tanya: Mengapa dalam setiap perayaan Natal ada pohon Natal?
Jawab:
Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Jerman.
Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara, atau mengadaptasi
bentuk pohon cemara, itu dimulai pada abad ke-16. Saat penduduk Jerman
menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang
cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di
dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania,
Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun
1830-an.
Pohon Natal menjadi simbol kehidupan
rohani yang selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang
lain. Pohon Natal (cemara “evergreen”. ) ini juga melambangkan
“hidup kekal”, sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon
rontok daunnya, kecuali pohon cemara selalu hijau daunnya.
Setelah masyarakat AS mengikuti jejak
Inggris menggunakan pohon cemara pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20, industri pun semakin berkembang dan merambah ke berbagai negara.
Termasuk industri berbagai hiasan pohon Natal. Oleh karena penggunaan
pohon cemara merupakan tradisi Eropa, ekspresi sukacita yang
dilambangkan dengan berbagai dekorasi itu berbeda-beda di setiap negara.
Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi
Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan yang
berbentuk cemara.
Di Afrika Selatan keberadaan pohon Natal
bukanlah sesuatu yang umum. Sementara masyarakat India, lebih memilih
pohon mangga dan pohon pisang.
Dalam konteks kerusakan alam sekitar
kita di masa kini, tentu tidak bijak bila kita menebang pohon cemara
untuk kita jadikan pohon Natal sebab hal itu akan menambah kerusakan
alam. Perayaaan Natal tidak boleh memperparah kerusakan bumi dan alam
sekitar kita sebab KRISTUS lahir dan hadir di bumi ini justru untuk
menyelamatkan manusia dan alam semesta dari kerusakan dan penderitaan.
Oleh karena itu sebaiknya kita pikirkan bentuk pohon natal yang ramah
lingkungan. Pada tahun ini GKI Ressud membuat pohon Natal dari bahan
daur ulang. Ternyata barang bekas pun bisa diubah menjadi pohon natal
yang indah.
Tanya: Mengapa sinterklas tak pernah ketinggalan dalam perayaan Natal.?
Jawab:
Sinterklas atau Santa Claus berasal dari kisah lama tentang seorang
Santo Kristiani bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama
Odin. Para imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika
Serikat. Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama
Belanda untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas. Sekalipun asalnya
dari mitologi Norwegia sebelum ajaran Kristen, Santa Claus baru menjadi
tokoh yang kita kenal sekarang di Amerika Serikat. Orang Amerika
memberikannya janggut berwarna putih, mendandaninya dengan baju merah
dan menjadikannya seorang tua yang riang dengan pipi yang merah dan
sinar di matanya. Santa Claus adalah tokoh mitos yang dikatakan tinggal
di Kutub Utara, di mana beliau membuat mainan sepanjang tahun. Pada
tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo Nikolas menjadi lambang
usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan
hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6
Desember. Tokoh-tokoh lain menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara
tak lama setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk
tukar-menukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan
hadiah untuk anak-anak.
Tentunya kita perlu kritis terhadap
tradisi ini. Kita tidak boleh memfokuskan diri pada Santa Claus atau
mengajari anak-anak untuk bermental menunggu pemberian hadiah dari Santa
Claus. Dalam merayakan Natal, fokus perhatian kita seharusnya diarahkan
pada KRISTUS yang hadir memberikan dirinya untuk menyelamatkan
manusia. Natal harus dibarengi dengan kemurahan hati, semangat berbagi
dan memberi sebagaimana ALLAH memberikan diri-Nya untuk manusia melalui
kehadiran KRISTUS di bumi. Biarpun perayaan Natal telah berlalu,
kemurahan hati dalam memberi tidak boleh berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar