Penggarap Kebun Anggur Yang Lalim
PEMBAHASAN
- I. Jadilah penggarap kebun anggur yang baik
- II. Ayat Matius 21:33-43:
- III. Telaah dan interpretasi ayat Matius 21:33-43
- 1. Latar belakang dari perikop
- 2. Ayat 33: Latar belakang perikop: Tentang penggarap kebun anggur
- 3. Ayat 34-36: Hamba-hamba utusanKu telah dibunuh
- 4. Ayat 37-39: Kuutus Putera-Ku, namun Dia juga dibunuh
- 5. Ayat 40:41: Tuan tanah menghukum para penggarap kebun anggur yang jahat
- 6. Ayat 42-43: Batu yang akan dibuang menjadi batu penjuru dan menjadi keselamatan bagi seluruh bangsa.
- IV. Apakah kita telah menjadi penggarap kebun anggur yang baik?
I. Jadilah penggarap kebun anggur yang baik
Bacaan pada minggu ke-27 masa biasa mengambil bacaan dari Yes 5:1-7,
tentang nyanyian kebun anggur; Mzm 80:9,12-16,19-20; Fil 4:6-9; dan Mat
21:33-43 tentang penggarap-penggarap kebun anggur (Bdk Luk 20:9-18; Mrk
12:1-12). Minggu ini, Kristus ingin mengingatkan kita akan tuntutan
untuk para penggarap dan para pekerja kebun anggur agar dapat menggarap
kebun anggur dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, Kristus
mengingatkan seluruh umat beriman, baik di tingkat hirarki maupun awam,
untuk benar-benar menghasilkan buah-buah yang limpah, dan dapat menjadi
alat Tuhan sehingga orang-orang lain juga dapat menghasilkan buah yang
limpah, yaitu semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap
didengar, kebajikan dan patut dipuji (lih. Fil 4:8), atau dalam satu
kata adalah ‘kekudusan’.
II. Ayat Matius 21:33-43:
33. “Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain.
34. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya.
35. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu.
36. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka.
37. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani.
38. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.
39. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.
40. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?”
41. Kata mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.”
42. Kata Yesus kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
43. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.
III. Telaah dan interpretasi ayat Matius 21:33-43
1. Latar belakang dari perikop
Kalimat pertama Injil Matius bab 21, adalah sebagai berikut: “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun…”
Bab 21 menandai pemberitaan Kerajaan Allah di Yerusalem, yang berarti
semakin dekat dengan penderitaan Kristus. Pemberitaan ini dimulai dengan
Yesus dielu-elukan ketika masuk ke Yerusalem (ay.1-11). Setelah itu,
Yesus mulai menunjukkan kuasa dan otoritas-Nya, dengan membersihkan Bait
Allah, yang disebut oleh Yesus sebagai rumah Bapa (ay. 12-17).
Kemudian, kita melihat adanya perikop tentang Yesus mengutuk pohon ara
(ay.18-22), yang menunjukkan kuasa Yesus akan segala sesuatu, dan pada
saat yang bersamaan Yesus menunjukkan tentang kaum Yahudi – terutama
kaum Farisi – yang walaupun telah mengenal Firman Allah, namun tidak
menghasilkan buah yang baik. Pertentangan Yesus dengan kaum Farisi tidak
terhindarkan, yang dimulai dengan imam-imam kepala yang mempertanyakan
kuasa dan otoritas Yesus (ay.23-27).
Yesus kemudian memperjelas kritikannya terhadap imam-imam kepala dan
kaum Farisi, dengan memberikan beberapa perumpamaan. Pertama, Yesus
memberikan perumpamaan tentang dua orang anak, yang menceritakan bahwa
anak pertama tidak menjalankan perintah Bapanya, yang kemudian
dikontraskan dengan anak ke-dua – yang walaupun awalnya tidak mau, namun
akhirnya menjalankan perintah Bapa (ay.28-32). Dalam perikop ini, anak
pertama menggambarkan bangsa Yahudi dan anak kedua menggambarkan
bangsa-bangsa non-Yahudi – yang melalui Kristus juga menjadi anak-anak
Allah. Kedua, setelah mengkritik bangsa Yahudi secara umum, kemudian
Yesus memberikan kritikan yang pedas bagi para pemimpin bangsa Yahudi.
Karena Yesus memberikan perikop tentang penggarap-penggarap kebun anggur
(ay.33-46), yang menunjukkan secara lebih jelas tentang dosa dari
imam-imam kepala dan kaum Farisi, maka mereka menjadi marah dan berusaha
menangkap Yesus (ay.46)
Mari kita mengupas perumpamaan dari Mat 21:33-43 dengan lebih mendalam, yang secara prinsip dapat dibagi menjadi:
Ayat 33: Latar belakang perikop: Tentang penggarap kebun anggur
Ayat 34-36: Hamba-hamba utusan-Ku telah dibunuh
Ayat 37-39: Kuutus Putera-Ku, namun Dia juga dibunuh
Ayat 40-41: Tuan tanah menghukum para penggarap kebun anggur yang jahat
Ayat 42-43: Batu yang akan dibuang menjadi batu penjuru dan menjadi keselamatan bagi seluruh bangsa.
2. Ayat 33: Latar belakang perikop: Tentang penggarap kebun anggur
Anggur dan kebun anggur adalah dua hal yang begitu umum dijumpai di
dalam bangsa Israel. Bahkan sejak awal, Tuhan menjanjikan tanah yang
berlimpah dengan begitu banyak hal termasuk berlimpah dengan anggur
(lih. Ul 6:11, 8:8). Begitu berharganya anggur, sehingga ketika 12
perwakilan bangsa Israel yang mengintai tanah Kanaan, maka mereka
memotong dahan anggur beserta dengan anggurnya sebagai bukti akan
kekayaan tanah Kanaan (lih. Bil 13:23). Anggur dan kebun anggur juga
sering digunakan dalam pengajaran-pengajaran, baik dalam Perjanjian Lama
(PL) maupun Perjanjian Baru. Di dalam kitab Yesaya kita melihat di bab
5, nyanyian tentang kebun anggur, yang sungguh berhubungan dengan
perikop yang menjadi bahasan kita.
Di Matius 23:33 dikatakan ‘”…Adalah seorang tuan tanah membuka
kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat
memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian
ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke
negeri lain.” Adalah hal yang umum bagi pemilik kebun anggur untuk
melindungi kebun anggurnya dari serangan binatang liar, seperti rubah,
babi hutan, dll (lih. Kid 2:1; Mzm 80:13) dengan mendirikan tembok batu
maupun memagarinya dengan pagar duri (lih. Yes 5:5) Kemudian pemilik
kebun anggur akan mendirikan menara jaga untuk mengintai dan menjaga
agar kebun anggurnya aman. Kemudian, untuk membuat air anggur, maka
dibuatlah lobang untuk memeras anggur.
Itu semua adalah fasilitas yang harus ada di dalam kebun anggur.
Namun, itu semua tidaklah cukup, karena diperlukan pekerja kebun anggur
untuk mencangkul tanah dan membuang batu-batu (lih. Yes 5:2), mencabut
tanaman liar merantingi pohon anggur, sehingga kebun anggur dapat
menghasilkan buah yang baik. Pemilik kebun anggur dapat mempekerjakan
sendiri pekerja-pekerja upahan (lih. Mat 20:1-16) atau dengan menyewakan
kebun anggur dan kemudian para penggarap kebun anggur dapat membayar
dengan hasil panenan (Mat 21:33-43).
Tuan tanah dalam perikop ini adalah Tuhan sendiri, yang membuka kebun
anggur, yaitu umat Israel. (lih. Yes 5:7) Kita juga mengingat perkataan
Yesus, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.”
(Yoh 15:1) Sejak awal, Tuhan telah memilih umat Israel sebagai umat
pilihan, seperti kebun anggur yang dijaga dengan tembok, melengkapi
dengan seluruh perlengkapan – menara jaga, pemeras anggur – sehingga
perkebunan anggur itu dapat berjalan dengan baik. Dengan kata lain,
Tuhan telah melakukan bagian-Nya dengan sebaik-baiknya. Dan kemudian,
Tuhan menitipkan umat Israel (kebun anggur) kepada para
pemimpin-pemimpin agama, para imam, ahli taurat, yang diumpamakan dengan
para penggarap. Dengan kata lain, para ahli taurat, kaum Farisi
dipercaya oleh Tuhan untuk menggembalakan umat Israel, sehingga mereka
dapat hidup sesuai dengan Firman Tuhan atau dapat menghasilkan buah yang
limpah.
Untuk dapat menghasilkan buah yang limpah, diperlukan kerja keras
dari penggarap-penggarap ini, termasuk mencangkul agar tanah menjadi
gembur, mencabut tanaman liar, meranting atau membuang ranting-ranting
yang mati dan tak berguna. Semuanya ini harus dijalankan secara
konsisten, sehingga pada saatnya, kebun anggur akan menghasilkan tanaman
yang limpah. Panenan anggur ini kemudian diletakkan di tempat pemeras
anggur, diinjak-injak, sehingga sarinya keluar dan mengalir ke satu
tempat penampungan untuk kemudian di tempatkan di tempat penyimpanan
anggur sehingga dapat menghasilkan anggur yang berkualitas. Dari proses
ini, kita melihat bahwa untuk sampai menghasilkan anggur yang
berkualitas, diperlukan proses yang begitu banyak. Hal yang sama terjadi
dalam kehidupan umat beriman, yang perlu dimurnikan – kadang melalui
kejadian-kejadian yang sering menyakitkan, melalui penderitaan, dll –
sehingga dapat menghasilkan buah yang limpah dan terus dimurnikan sampai
menghasilkan anggur yang berkualitas.
3. Ayat 34-36: Hamba-hamba utusanKu telah dibunuh
Diceritakan dalam perikop tersebut bahwa setelah tiba saatnya musim
petik, maka tuan tanah tersebut mengutus hambanya untuk mendapatkan
bagian yang menjadi haknya. (ay.35) Siapakah hamba dari tuan tanah ini?
Kalau tuan tanah adalah Tuhan sendiri, maka hamba-hamba yang diutus
adalah para nabi di dalam Perjanjian Lama, seperti: Yesaya, Yeremiah,
Yehezkiel, dll. Namun, bagaimana para penggarap atau ahli-ahli taurat
atau kaum Farisi memperlakukan para nabi ini? Dikatakan bahwa para nabi
ini dipukul, dibunuh, dilempari dengan batu. Mereka dibunuh karena
mereka menyatakan kebenaran dan bahkan dengan teguran yang keras,
seperti yang diperintahkan oleh Tuhan. Nabi Yesaya yang menegur dengan
keras akan dosa-dosa bangsa Israel, menurut tradisi akhirnya dibunuh
dengan digergaji atas perintah raja Manaseh. (lih. Ibr 11:37) Nabi
Yeremiah dibunuh dengan dilempari batu. Nabi Yehezkiel, Nabi Mikah, Nabi
Amos, Nabi Zakharia juga mempunyai nasib yang sama, yaitu dibunuh dan
menjadi martir di dalam Perjanjian Lama. Yohanes Pembaptis juga
mengalami nasib yang sama, yaitu dibunuh dengan dipenggal kepalanya.
Dalam konteks inilah, Yesus memberikan ayat 35-36 “35 Tetapi
penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul
yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan
batu. 36 Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih
banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti
kawan-kawan mereka.” (Bdk Ibr 11:36-38)
4. Ayat 37-39: Kuutus Putera-Ku, namun Dia juga dibunuh
Kemudian setelah para nabi Tuhan banyak yang dibunuh, dalam kepenuhan
waktu akhirnya Tuhan mengutus Anak-Nya sendiri, yaitu Kristus. Namun
apa yang dilakukan oleh kaum Farisi dan tetua-tetua? Mereka melihat
bahwa Yesus telah melakukan begitu banyak mukjizat yang menjadi satu
tanda bahwa Dia dipandang sebagai nabi. Namun, apa yang dilakukan oleh
Yesus adalah lebih dari sekedar nabi, Dia mengatakan bahwa Dia adalah
Putera Allah (lih. Yoh 10:36), yang mampu membuat banyak mukjizat, yang
mampu membangkitkan orang mati (lih. Mat 9:18-25; Luk 7:11-15; Yoh
11:1-44), dan bahkan mampu mengampuni dosa (lih. Mrk 2:10; Mrk 2:5; Luk
7:48). Menyadari akan hal ini, kaum Farisi bukannya bertobat, namun
mereka mengeraskan hati dan memperlakukan Yesus dengan kejam, seperti
perlakuan mereka terhadap nabi-nabi di dalam Perjanjian Lama. Dengan
tipu muslihat, mereka menangkap Yesus, membawa-Nya keluar dari benteng
(dalam perikop digambarkan sebagai ke luar kebun anggur – ay.39), dan
kemudian membunuh-Nya dengan menyalibkan-Nya.
5. Ayat 40:41: Tuan tanah menghukum para penggarap kebun anggur yang jahat
Karena kekejaman para penggarap yang membunuh hamba-hamba serta anak
dari tuan tanah itu, maka tuan tanah tersebut membinasakan
penggarap-penggarap yang jahat dan kemudian menyerahkan tanah garapan
itu kepada orang lain. (ay. 40-41) Kebinasaan penggarap-penggarap yang
jahat ini akhirnya terjadi pada kehancuran Yerusalem tahun 70 oleh
tentara Romawi di bawah kepemimpinan Titus dan Tiberius Julius
Alexander. Josephus, sejarahwan berkebangsaan Yahudi melaporkan kejadian
yang begitu mengenaskan ini, yaitu terbunuhnya 1,1 juta orang Yahudi
dan yang tidak terbunuh, sekitar 97 ribu ditangkap dan dijadikan budak.
Bukan hanya makhluk hidup yang dirusak dan dibunuh, bahkan tembok-tembok
juga diruntuhkan, sehingga memberikan pemandangan yang begitu
mengerikan dan mencekam.[1]
Empat puluh tahun sebelum kehancuran Yerusalem, Yesus sendiri telah
menangisi Yerusalem dan memprediksi kehancuran Yerusalem secara akurat.
(lih.Mat 24:1-28; Luk 19:41-44)
Dalam konteks kita umat beriman, maka kita dapat juga melihat bahwa
kalau kebun anggur adalah Gereja, maka sudah seharusnya para pastor,
para uskup dan Paus untuk senantiasa menjadi penggarap-penggarap kebun
anggur yang bijaksana, yang senantiasa meniru teladan Kristus. Inilah
sebabnya, dalam setiap Sakramen Ekaristi, kita senantiasa mendoakan
semua klerus agar dapat memimpin umat Allah dengan baik. Sebagai umat
beriman yang telah dibaptis, maka kitapun dipanggil untuk juga menjadi
pekerja kebun anggur. Dalam kapasitas kita masing-masing, sebagian dari
kita harus mencangkul tanah, sebagian merantingi, sebagian mencabut
tanaman liar, sebagian membuat anggur, sampai pada akhirnya dihasilkan
kualitas anggur yang baik, manis dan harum semerbak.
6. Ayat 42-43: Batu yang akan dibuang menjadi batu penjuru dan menjadi keselamatan bagi seluruh bangsa.
Kemudian, di ayat 42, Yesus mengutip Mzm 118:22-23, yang menuliskan “22
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu
penjuru. 23 Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di
mata kita.” Batu penjuru adalah Kristus, yang telah dibuang dan
dibunuh oleh bangsa Yahudi. (lih. Ef 2:20) Namun dengan kematian
Kristus, maka rahmat Kristus mengalir bukan hanya kepada bangsa-bangsa
Yahudi namun juga kepada bangsa-bangsa lain non-Yahudi. Sama seperti
batu penjuru mengikat dua dinding, maka Kristus telah mengikat
keselamatan bangsa Yahudi dan keselamatan bangsa-bangsa lain.
Setelah misteri Paskah, maka keselamatan juga ditawarkan oleh Kristus
kepada seluruh bangsa. Tanda sunat yang sebelumnya menjadi tanda
perjanjian, kini berubah menjadi baptisan – yang bersumber dari misteri
Paskah Kristus.
IV. Apakah kita telah menjadi penggarap kebun anggur yang baik?
Dari bacaan dan telaah dari Mat 21:33-43 kita seharusnya
merefleksikannya dalam kehidupan kita, apakah kita yang telah dipanggil
oleh Kristus untuk menjadi pekerja kebun anggur-Nya telah benar-benar
menjalankan bagian kita? Kristus telah mendirikan Gereja Katolik,
seperti kebun anggur, dan memperlengkapinya dengan kebenaran dokrin dan
juga sakramen, seperti tembok yang dipasang mengelilingi kebun anggur
untuk melindungi umat Allah. Kristus juga telah mendirikan menara jaga,
yaitu Magisterium Gereja, sehingga tidak ada yang tersesat, karena
mengetahui kebenaran secara pasti. Sekarang tinggal kembali kepada para
penggarap atau pekerja kebun anggur untuk dapat melakukan pekerjaannya
secara konsisten dan terus-menerus, sehingga pada waktunya, anggur yang
murni, manis dan semerbak dapat dihasilkan.
Apa lagi yang kita tunggu? Ayo, mari bekerja bersama menggarap kebun anggur Tuhan!
Apa lagi yang kita tunggu? Ayo, mari bekerja bersama menggarap kebun anggur Tuhan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar